BAGAIMANA menulis reportase? Seorang teman mengemukakan pertanyaan ini dalam sebuah grup di facebook. Untuk menjawabnya, simak paparan ini.
Reportase atau teknik peliputan berita sebagai hal mendasar yang perlu dikuasai dalam jurnalistik. Membahas teknik reportase, berarti juga membahas cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa.
Setiap media memiliki kriteria kelayakan berita. Media juga memiliki kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal) dan tak jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sementara editorial policy bisa berbeda, tergantung visi, misi atau ideologi yang dianut media bersangkutan.
Perbedaan visi, misi dan ideologi media akan berpengaruh pada sudut pandang atau angle peliputan. Dua media yang berbeda bisa mengambil sudut pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa yang sama. Kelayakan berita juga dipengaruhi oleh segmen khalayak yang dilayani setiap media.
Keinginan media untuk memuaskan kebutuhan segmen khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa secara tak langsung juga berarti melakukan seleksi terhadap apa yang layak dan tidak layak diliput.
Meski berbeda sudut pandang, namun setiap media setidaknya berpegang pada kriteria kelayakan berita berikut ini:
Penting. Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau durasi untuk materi liputan yang remeh. Kenaikan harga bahan bakar minyak, dan sebagainya, jelas penting karena punya dampak langsung pada kehidupan orang banyak.
Aktual. Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada ungkapan tentang berita "hangat" artinya belum lama terjadi dan masih jadi pembicaraan masyarakat. Sebaliknya, disebut berita "basi" jika peristiwa sudah lama terjadi. Namun, pengertian "baru terjadi" bisa berbeda untuk majalah mingguan, peristiwa yang terjadi minggu lalu masih bisa dikemas dan dimuat. Untuk suratkabar harian, istilah "baru" berarti peristiwa kemarin. Untuk radio, televisi, juga media online, berkat kemajuan teknologi telekomunikasi, makna "baru" adalah beberapa jam sebelumnya atau "seketika" (real time).
Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing, itu unik dan luar biasa. Contoh lain: seorang mahasiswa berangkat kuliah setiap hari, itu kejadian rutin dan biasa. Tetapi, seorang mahasiswa berangkat kuliah setiap hari dengan sepatu roda, itu unik. Di sekitar kita, selalu ada peristiwa yang tidak biasa.
Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang saja. Misalnya, perilaku kekerasan geng motor yang sering terjadi, demonstrasi yang berujung bentrok, dan sebagainya.
Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mengingatkan pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000 buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma diikuti 100 buruh.
Human Interest. Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput. Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.
Unsur Konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, menarik untuk diliput. Perseteruan antara mantan penyanyi cilik Adi Bing Slamet dengan mantan penasehat spritualnya Eyang Subur menarik diliput. Mengapa? Ya, karena sangat menonjol unsur konflik dan kontroversinya. Bahkan, konflik dan kontroversi ini terus menjadi ulasan media selama sebulan ini.
Asas Kedekatan (Proximity). Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan khalayak, lebih layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari pembaca, pendengar, atau pemirsa. Banjir di Makassar atau Jakarta tentu lebih perlu diberitakan ketimbang peristiwa yang sama tetapi terjadi di India. Unsur "kedekatan" juga berarti kedekatan emosional, semisal, agresi Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, secara geografis jauh, tetapi secara emosional cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia.
Asas Keterkenalan (Prominence). Nama terkenal bisa menjadi berita, tokoh dan figur publik seperti artis, pejabat pemerintah, politisi, olahragawan dan sebagainya. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) punya akun twitter, rata-rata media memberitakannya. Padahal ada ribuan warga Indonesia yang sudah memiliki akun twitter, tapi karena SBY adalah orang nomor satu di negeri ini, maka kehadirannya di jagad maya manjadi berita menarik.
Dalam memilih topik liputan, bisa saja media menggabung beberapa kriteria kelayakan. Misalnya, kasus dugaan korupsi impor sapi. Pertama, kasus ini melibatkan tokoh partai politik, seorang figur publik (asas keterkenalan). Kedua, kasus ini kemudian melibatkan sejumlah selebriti dan model, luar biasa (unik). Ketiga, peristiwa itu terjadi saat gerakan anti korupsi digalakkan (penting). Dan seterusnya. | disarikan dari wikimu.com
0 Komentar:
Posting Komentar