Memaknai Tahun Baru dan Sajak Baru 2013

1 Januari 2013

TAHUN 2013 telah tiba, masyarakat merayakannya dengan gembira, meski datangnya tahun baru dimaknai berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian besar orang, tahun baru dirayakan dengan kegembiraan meniup terompet dan kemeriahan pesta kembang api.

kembang api maros 2013

Usai menyaksikan kemeriahan perayaan tahun baru, saya pun tertarik menulis sajak, sajak sederhana yang merekam keriuhan malam tahun baru 2013 ini:

Malam Tahun Baru

apa yang sedang terjadi?
malam begitu ramai, langit penuh bunga api

di jalanan, orang-orang membunyikan sirene
di halaman, anak-anak meniup terompet

apa yang sedang terjadi?
malam jadi riuh, langit dihiasi cahaya api

di pusat kota, mereka berpesta pora
di televisi, semua berhura-hura

apa yang sedang terjadi?
sesaat waktu merayakan kepergian kenangan

Perayaan tahun baru sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru tapi budaya kuno yang dilakukan beberapa kaum, diantaranya adalah hari raya Nairuz, dalam kitab al Qomus. Nairuz menurut sejumlah referensi adalah hari pertama dalam setahun, merupakan awal tahun matahari. Orang-orang Madinah dahulu pernah merayakannya sebelum kedatangan Rasulullah. Itu adalah hari raya terbesar orang Persia, bangsa Majusi para penyembah api. Dikatakan, pencetus pertama perayaan ini adalah raja Majusi bernama Jamsyad.

Dalam referensi lain disebutkan, perayaan tahun baru sebenarnya berawal dari keputusan Kaisar Julius Caesar tahun 45 SM (sebelum masehi) yang memberlakukan kalender Julian. Kalender ini menggunakan urutan bulan; Januarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius, Iunius, Quintilis, Sextilis, September, October, November, December.

Di tahun 44 SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” menjadi “Julius” (Juli). Sementara pengganti Julius Caesar, yaitu Kaisar Augustus, mengganti nama bulan “Sextilis” dengan nama bulan “Agustus”. Sehingga setelah Junius, masuk Julius, kemudian Agustus. Kalender Julian ini kemudian digunakan secara resmi di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M ketika muncul Kalender Gregorian.

Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.

Januari juga dipilih sebagai bulan pertama karena jatuh pada puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan konsul diadakan, karena semua aktivitas umumnya libur. Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru. Sejak saat itu Tahun Baru orang Romawi tidak lagi dirayakan pada 1 Maret, tapi pada 1 Januari. Tahun Baru 1 Januari pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.

Namun tahun baru dimaknai pula sebagai berkurang dan bertambahnya usia. Bertambahnya usia, berarti bertambah kematangan dan kearifan. Bertambahnya usia, diharapkan semakin memacu semangat dan etos kerja untuk mengisi hidup dengan banyak berbuat kebaikan. Bertambahnya usia juga sepantasnya dipergunakan untuk meningkatkan partisipasi membangun niat dalam diri untuk menata kehidupan yang lebih baik dengan melihat ke dalam diri (introspeksi diri).

Tahun baru menjadi momentum untuk mengetahui perjalanan hidup kita selama satu tahun yang akan segera dilalui, baik kesuksesan ataupun kegagalan. Kalau sukses yang diraih, maka dapat ditingkatkan. Sebaliknya, jika gagal dan kurang berhasil, dapat diketahui penyebabnya agar bisa diperbaiki. Segala kebiasaan lama yang kurang membangun kedewasaan diri perlu ditinggalkan untuk membentuk kepribadian yang seutuhnya. Mungkin begitu cara memaknai tahun baru 2013. | *

0 Komentar:

Posting Komentar

 
IHSYAH blogwork | lihat juga BLOGSPOTISME