KISAH Tolo'na berasal dari nama seorang Jawara kampung bernama I Tolo' yang dahulu gigih mempertahankan perjuangannya melawan Balanda.
I Tolo' dikenal di kalangan masyarakat Gowa hidup pada awal abad ke-20 bersama 40 orang temannya yang oleh Belanda disebut sebagai Perampok 40 atau Pagorra Patampulo.
Lantaran kelompoknya terdiri dari 40 orang. Mereka sulit ditaklukkan, keahliannya sungguh menakutkan Belanda, baik dalam menyerang tangsi (markas) tentara maupun menggasak kantor Belanda.
Seperti legenda Inggris, Robinhood, I Tolo' lihai merampas uang kompeni kemudian membagi-bagikan ke rakyat jelata. I Tolo' bersama kawananannya pagorra patampulo tak sekalipun pernah kalah selagi bertempur dengan lawan-lawannya. Apalagi rakyat dan bangsawan memihak kepadanya sehingga sukar tertangkap.
Namun, seperi dalam cerita, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya terjerembab juga, sehebat-hebat ilmu I Tolo akhirnya terkalahkan jua. Nasib sang jawara berakhir tragis pada tahun 1917. Karena pengkhianatan salah seorang anggota kelompoknya I Camaggo, I Tolo berhasil ditangkap bersama temannya I Rajaman.
I Tolo kemudian dieksekusi di Limbung, dan mayatnya diarak ke kampung-kampung, demi menjatuhkan mental kawanan dan masyarakat yang sudah terlanjur memujanya.
Sejak kematiannya, namanya kemudian melegenda sebagai Jagoan yang setia membela kebenaran. Dari nama nya jualah, anak-anak sering mengasosiasikan pahlawan atau tokoh pembaik (lawan penjahat) dengan nama I Tolo'na.
Saat ini, kata Tolo'na (bahasa Makassar) diartikan sebagai Jagoan dalam bahasa Indonesia atau Jawara dalam bahasa betawi. | cerita diambil dari buku Ayam Jantan Tanah Daeng, Nasaruddin Koro, 2006, penerbit Ajuara
ooohh kamma anjo, :) tojeng2 :)