JELANG sore, cuaca kota Makassar begitu gerah, Kamis (25/1). Tadinya saya berniat hunting foto untuk keperluan pameran foto PERFORMA yang akan digelar akhir Februari mendatang. Keliling kota mencari objek menarik yang sesuai dengan tama pameran; Kotakatikotaku.
Sekian lama berkeliling, tak ada satu objek foto pun yang mampu membangkitkan minat memotretku. Mungkin memang karena keseringan memotret Makassar, hingga tak menemukan ide baru dalam eksploitasi visual kota ini.
Seketika saya tertarik mengamati beberapa hal yang terjadi, pertama, aktifitas polisi lalu lintas di jalan Ahmad Yani yang mengatur penggunaan lajur kiri dan menyalakan lampu bagi pengendara sepeda motor. Meski aturan ini masih kontroversi, namun petugas tetap gencar melakukan sosialisasi.
Kedua, nama jalan beraksara lontara., di perempatan jalan Ahmad Yani-Sudirman, pandangan saya tiba-tiba tertuju pada papan nama jalan HOS Cokroaminoto yang dibawahnya tertera aksara lontara.
Ketiga, suasana lalu lintas kota Makassar yang padat dan sedikit semberawut. Dari jembatan niaga MTC Karebosi, saya tertarik mengabadikan suasana lalu lintas kota Makassar. Memang, sebagai kota yang terus berkembang dan berbenah, Makassar menjadi kian padat semberawut.
Keempat, ziarah ke tujuh kuburan di Karebosi. Bukan lantaran ingin meminta wangsit atau berkah dari "penunggu" Karebosi. Tetapi dalam rangka menyelesaikan tugas pemotretan tentang kuburan tersebut. Apalagi malam baru saja tiba, biasanya kuburan-kuburan ini diziarahi beberapa warga, terlebih di malam Jum'at.
Rupanya, asik juga menelusuri kota, berwisata kota. Membuat kita makin akrab mengenal tempat yang kita diami. | **
0 Komentar:
Posting Komentar