MASYARAKAT awam sering mengganggap karya foto sebagai artefak yang objektif, dalam arti bahwa apa yang tercetak pada kertas foto atau ditampilkan pada layar monitor selalu menggambarkan realitas sebagaimana adanya.
Anggapan ini cukup beralasan karena foto dihasilkan oleh alat rekam (kamera) yang merekam apa saja yang ada di hadapannya. Mereka lupa bahwa di belakang kamera ada fotografer –manusia yang juga dikendalikan oleh rasa, pikiran, dan pengalaman pribadi serta diikat oleh budaya masyarakatnya.
Sebenarnya semua aspek ini ikut bermain ketika seorang fotografer melihat ke jendela bidik, mengatur komposisi dan pencahayaan serta menekan tombol rana. Oleh karena itu pada dasarnya tidak ada karya foto yang bersifat objektif.
Semua karya foto selalu bersifat inflektif dan parsial, serta mencerminkan cara pandang fotografer atas dunianya. Menafsirkan karya foto pada dasarnya adalah mengungkap infleksi pribadi dan budaya sang fotografer.
Hal inilah yang tergambar pada karya foto yang dipamerkan dalam Sorowako in Pictures yang digelar oleh Sorowako Photographers Society (SPS) di Atrium Mall Panakukkang Makassar, 26-28 Januari. | baca juga di Panyingkul!
0 Komentar:
Posting Komentar