Memaknai (Hujan) Bulan Juni

9 Juni 2012

HARI ini, saya berusia 37 tahun, angka yang terus bergerak dalam kedewasaan. Kalau usia bukan sekadar angka, sudah semestinya saya berada dalam rentan kemapanan.

hujan

"Kalau Sapardi punya kenangan khusus tentang Juni, 
saya punya ingatan khusus pada Juni."

Karena itu, saya hanya ingin memaknai pertambahan usia ini dengan membaca ulang puisi "Hujan Bulan Juni" ditulis Sapardi Djoko Damono, seorang penyair besar Indonesia.

Selama ini, publik sastra Indonesia mengenal Sapardi sebagai penyair yang mampu mengolah kata-kata sederhana menjadi lirik puisi yang sarat makna. Dan puisi Sapardi ini selalu membuka ruang tafsir yang begitu luas, simak saja:

Hujan Bulan Juni
- Sapardi Djoko Damono

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu


Kata dan larik puisi di atas memiliki diksi yang sederhana, bahkan sangat akrab dengan keseharian kita. Namun, kesederhanaan kata-kata ini tidak sekedar dirangkai menjadi larik-larik yang sangat indah, kata-kata tersebut juga diberi ruh.

Dan puisi ini membawa pembacanya masuk ke dalam suasana tertentu, 'hujan' tidaklah sekedar butir air yang jatuh, ‘hujan’ diberi jiwa dengan sifat tabah, bijak dan arif.

Seperti juga saya yang terbawa suasana bulan juni yang penuh khidmat, karena di bulan juni tahun ini, ada begitu banyak 'hujan' yang diturunkanNya untuk saya dan keluarga. Diantaranya menampati rumah baru dan menanti kelahiran putri kedua, 'hujan' yang senantiasa mengajak saya menjadi tabah, bijak dan arif.

Nah, jika ulang tahun dianggap sebagai momentum untuk menata dan memantapkan kembali rencana hidup di masa depan dan momen untuk mempersiapkan dan memotivasi diri menjadi pribadi yang lebih baik, maka bulan juni ini mengajak saya untuk selalu mengucap syukur. Alhamdulillah! | *

0 Komentar:

Posting Komentar

 
IHSYAH blogwork | lihat juga BLOGSPOTISME