MENJELANG dini hari, ketika sedang membuka-buka halaman friendster seorang kawan. Terbersit keinginan untuk menuliskan pesan. Tiba-tiba sekumpulan kata melintas dalam benakkku. Tak ingin membuatnya berlalu begitu saja.
Kata-kata ini lalu kurangkai jadi puisi. Selanjutnya kukirim untuknya. Setelah saya baca kembali rangkaian kata-kata itu, ternyata lumayan juga, pikirku, setidaknya jadi sajak terbaru saya, bacalah:
Ada yang Hilang
mengapa seperti ada yang hilang
ketika dedaun mulai berguguran
angin berhembus ke selatan
menebar aroma kerinduan
seketika jiwa meranggas
seperti pepohon yang mengering
di awal kemarau
mengapa seperti ada yang hilang
ketika malam mulai merambat
angin berhembus di sela jendela
menyelusup ke dalam kamar
seketika tidur terjaga
seperti mimpi bertemu peri
di awal purnama
mengapa seperti ada yang hilang
ketika dirimu tak menyapa
mengapa seperti ada yang hilang
ketika dedaun mulai berguguran
angin berhembus ke selatan
menebar aroma kerinduan
seketika jiwa meranggas
seperti pepohon yang mengering
di awal kemarau
mengapa seperti ada yang hilang
ketika malam mulai merambat
angin berhembus di sela jendela
menyelusup ke dalam kamar
seketika tidur terjaga
seperti mimpi bertemu peri
di awal purnama
mengapa seperti ada yang hilang
ketika dirimu tak menyapa
Pekan sebelumnya, saya juga sempat menulis sajak tentang kehilangan orang-orang yang dekat di hati dalam peristiwa hilangnya pesawat Adam Air. Teks sajak ini, lama tersimpan dalam ponselku.
Tak Pernah Kuduga
sungguh tak pernah kuduga
kalau ini menjadi kepergianmu yang abadi
di awal musim di akhir tahun itu
kau berangkat tanpa rasa cemas
hanya kerinduan yang kau titip di keningku
pada kecup terakhir menjelang kau pamit
senyum di bibirmu menjelma tangis
di mataku
sungguh tak pernah kuduga
kalau arus laut yang mengalir ke selatan
menghanyutkan harapanku tentangmu
seperti harapan yang tak henti berderai mencarimu
Yah, itulah dua sajak terbaru saya pekan ini, terimakasih telah membacanya. | *
0 Komentar:
Posting Komentar