Selama bertahun-tahun 'Pengkhianatan G30S/PKI' menjadi film laris Indonesia. Hingga 1995, film ini ditonton hampir 700 ribu orang, demikian menurut data filmindonesia.or.id.
Film yang disutradarai Arifin C Noer ini membuat heboh dengan memecahkan rekor penonton pada 1984. Angka penontonnya tak tergoyahkan oleh film mana pun saat itu, sampai 1995. Membuat film dokudrama tentang cerita pembantaian tujuh jenderal itu tidak mudah.
Diproduseri G Dwipayana, film itu dibuat selama sekitar dua tahun dengan biaya Rp800 juta. Diproduksi oleh PPFN, Pengkhianatan G30S/PKI menjadi film komersial pertama yang berani bercerita soal peristiwa 1965.
Di tahun rilisnya, film itu dinominasikan memeroleh tujuh penghargaan di Festival Film Indonesia dan membawa pulang satu Piala Citra untuk Skenario Terbaik kepada Arifin C Noer. Setahun setelahnya, pada 1985 film itu masih mendapat penghargaan di FFI, kategori Film Unggulan Terlaris 1984-1985. Hadiah yang dibawa pulang adalah Piala Antemas.
Bukan hanya laris di bioskop, film itu dahulu juga ditayangkan di televisi selama bertahun-tahun setiap 30 September. Para pelajar pun wajib menonton film itu. Baru pada 1998 setelah Soeharto turun, film itu tak lagi ditayangkan.
Karya yang semula berjudul Sejarah Orde Baru itu dianggap merekayasa sejarah selama bertahun-tahun dan mengusung ide pengkultusan Soeharto ke otak para penontonnya.
PPFN atau Perum Propduksi Film Negara, yang memproduksi film itu, memang bertugas menyensor dan mengontrol perfilman yang beredar di tanah air kala itu. Disebut-sebut, G Dwipayana lah yang sebenarnya mengatur plot 'Pengkhianatan G30S/PKI'. Arifin C Noer hanya sutradara dan tak terlalu memasukkan ide kreatif.
G Dwipayana bukan hanya Ketua PPFN, ia juga staf presiden dan anggota militer. Film ini belakangan diributkan lantaran ada wacana untuk menayangkannya kembali. (*Sumber: CNN Indonesia)
0 Komentar:
Posting Komentar