SEKADAR mengisi waktu luang, saya sempatkan berselancar di dunia maya. Sampai kemudian saya menemukan sebuah artikel menarik. Sebuah cerita inspiratif yang penuh hikmah. Cocok untuk menemani kita melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Cerita itu berjudul; "Kisah Nabi Musa dan Pengemis Tua," Sebuah kisah yang disadur dari buku karangan Irving Karchmar berjudul, Master of Jinn: the Sufi Novel, 2004, begini kisahnya:
Suatu ketika Musa berjalan sendiri di tengah gurun dan berdoa kepada Allah, “ya Allah, selama bertahun-tahun aku telah menjadi hamba-Mu yang taat, namun Engkau tak pernah masuk ke dalam hatiku, juga tak pernah makan roti bersamaku. Sudikah Engkau untuk dating dan makan di rumahku?”
Dan Allah senang dengan permintaan ini. Ia menjawab, “Ya, tentu saja! Sesungguhnya engkau telah menjadi hambaKu yang taat, jadi Aku akan datang malam ini untuk tinggal dan makan malam bersamamu.”
Musa sangat girang karena permintaan khususnya dipenuhi. Dengan riang ia pulang ke rumah, menyuruh keluarganya menyiapkan hidangan khusus. Dan ia memasak sendiri makanan khusus untuk Tuhannya.
Setelah semuanya siap dan jam makan malam sudah tiba, Musa mengenakan jubahnya yang terindah dan menunggu di luar rumah. Ia tak sabar menanti Tuhannya. Banyak orang lalu lalang pada saat itu. Mereka baru pulang dari kerja. Mereka memberi salam kepada Musa saat melintas di depannya. Musa membalas salam mereka dengan tergesa-gesa.
Hingga kemudian, datanglah seorang lelaki tua berpenampilan pengemis. Ia datang dan menunduk di hadapan Musa. Ia berpakaian kumuh, berjalan dengan tongkat, dan hanya mengenakan sandal butut. “Salam tuan,” kata orang tua itu. “Sudikah Tuan berbagi sedikit makanan dari hidangan Tuan yang istimewa untuk diri hamba yang kurang beruntung ini? Sesuai adab kedermawanan, hamba minta sedikit sedekah dari hidangan Tuan.”
“Ya, ya…” jawab Musa dengan ramah namun tak sabar. “Kau akan mendapatkan bagianmu, dan juga uang. Tapi kau datang saja nanti. Sekarang aku sedang menunggu tamu penting. Aku tak punya waktu untukmu.”
Lalu pergilah pengemis itu, sedang Musa terus menunggu. Jam demi jam berlalu hingga larut malam, tetapi Tuhan tak kunjung datang. Musa menjadi resah. Ia menangis dan tak tidur semalaman. Terlintas pikirannya bahwa Tuhan telah melupakannya dan ini membuatnya bersedih. Pada subuh hari ia bergegas ke gurun pasir. Sambil menangis, ia merobek jubah indahnya dan bersujud di atas tanah.
“Wahai Tuhan,” jeritnya, “apakah aku telah menyinggung-Mu, sehingga Engkau tidak datang ke rumahku sebagaimana janji-Mu?”
“Oh, Musa,” jawab Tuhan, “Aku adalah pengemis yang berjalan dengan tongkat yang kau abaikan. Ketahuilah sesungguhnya AKU ada di semua ciptaan-Ku, dan apa pun yang kau berikan pada hamba-Ku yang paling lemah berarti engkau berikan kepada AKU.” | sumber bacaan madrasahhati.wordpress.com.
0 Komentar:
Posting Komentar