SANDRA Mungliandi menulis artikel tentang Ibu, yang kemudian beredar di salah satu milis yang saya ikuti. Artikel yang dapat menjadi bahan renungkan bersama, begini artikelnya:
Halo semua pembaca yang memiliki ibu, hari ini merupakan hari spesial bagi wanita yang telah melahirkan kita dan hari spesial pula buat wanita yang pernah melahirkan ataupun bagi wanita yang belum dikaruniai anak namun bersedia merawat anak orang lain yang dipercayakan padanya.
Ijinkan saya berbagi pengalaman saya dengan ibu saya, wanita terhebat sepanjang hidup saya. Hubungan saya dengan ibu bukanlah sebuah hubungan yang manis, apalagi ketika saya memasuki usia remaja.
Pemberontakan dan pertengkaran kerap kali mewarnai hubungan kami hingga saya memutuskan untuk memasuki sekolah berasrama demi menjaga jarak dengan beliau. Terkadang saya merasa bersalah karena saya sering membuat ibu menangis karena perilaku pemberontakan saya. Namun, ego saya tidak mau mengalah. Apalagi pada ibu ! uuuh… tak usah lah ya…
Pemisahan fisik dan kesendirian ini menyebabkan saya banyak merenung mengenai hubungan saya dengan ibu. Saya mengenang kebaikan beliau ketika saya di rumah. Tak terasa air mata menetes, jika saya mengingatnya. Perasaan rindu, perasaan bersalah dan perasaan sayang bercampur menjadi satu.
Satu hal yang membuat saya terheran-heran, walau jarak dan waktu memisahkan kami berdua, entah kenapa, saya masih mampu merasakan doa dan kasih sayang beliau. Mungkin inilah yang dikatakan bahwa kasih sayang seorang ibu mampu menembus dinding baja tebal sekalipun.
Koneksitas batin kami juga semakin terbangun dengan bertambahnya usia dan pengalaman saya. Pernah suatu kali, ibu saya mengingatkan saya untuk tabah karena saya akan menghadapi suatu tantangan hidup. Dan ajaibnya, pesan ini, beliau dapat melalui mimpinya. Pesan beliau, benar-benar terjadi!
Hingga saat ini, ibu saya selalu hadir dalam tiap momen kehidupan saya dan membantu saya ketika saya membutuhkan uluran tangan. Sungguh saya sangat bersyukur atas keberuntungan saya ini.
Saat ini, saya telah menjadi seorang ibu. Saya menjadi semakin memahami perasaan ibu saya dan pengorbanan-pengorbanan yang telah beliau lakukan untuk membesarkan kami berempat. Saya yakin jika dahulu beliau memilih untuk menekuni karir, saat ini beliau pasti telah terkenal dan memiliki banyak harta. Tapi, beliau memilih kami, keempat anaknya yang seringkali lebih merepotkan daripada menyenangkan.
Mari kita ucapkan terima kasih pada setiap wanita yang telah melahirkan diri kita maupun wanita yang melahirkan manusia baru lainnya, serta ucapan terima kasih atas pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran yang diberikan untuk membesarkan kita.
Hidup ibu, sehat selalu dan bahagia selalu… Terima kasih ibu. Salam hangat penuh cinta untuk setiap ibu yang ada di dunia ini. | **
Hidup Ibu, Sehat dan Bahagia Selalu
IHSYAH
23 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Populer
-
Bagi kamu yang baru belajar mengoperasikan perangkan komputer, mungkin masih asing dengan papan keyboard. Kenapa tombolnya begitu banyak? Pe...
-
KOMUNITAS Blogger Makassar, Anging Mammiri , menggelar seminar dan bincang Information Technology (TI) bertopik Blog For Life (BFL). Kegiata...
-
SEBELUM menonton video porno " kepergok_mesum_di_hutan.3gp " ini, pastikan kamu sudah berumur lebih dari 17 tahun. Namun jika ngeb...
-
SEBELUM saya memulai paparan tentang otak manusia, tak mengapa jika kami sajikan dulu joke ini: Seorang profesor sains dari Inggris be...
-
SEBENARNYA tak ada keinginan untuk berkunjung ke Pelataran Bahari Pantai Losari Makassar. Namun, pandangan tiba-tiba tertuju pada aktifitas ...
-
SEBUAH artikel berjudul "Tips Teknik Fotografi Memotret Pesta Kembang Api" yang ditulis oleh Mishbahul Munir, Fotografer Jogja da...
-
SEUSAI mengirim citizen reporter untuk media lokal di Makassar, sebuah pesan baru hadir di inbox email saya. Pesan itu datang dari teman-te...
-
SEORANG warga Cibubur, Hendra NS, memohon kepada Presiden SBY untuk menetap di Istana dan tidak bolak-balik ke Cikeas. Pasalnya, ia punya me...
0 Komentar:
Posting Komentar