MINGGU sore ini saya di rumah saja. Menggunakan waktu libur berkumpul bersama keluarga. Saya pun memilih menikmati roti maros dan secangkir kopi. Penganan khas Maros yang banyak dijual di kedai-kedai di sepanjang jalan poros Makassar-Maros ini merupakan roti empuk berbentuk potongan kecil-kecil berisi selai kaya.
Selai kaya dalam roti yang juga populer dengan sebutan 'roma' ini dibuat dari campuran kuning telur, santan, dan gula. Selai kaya rasanya manis, gurih dan enak, inilah yang membuat roti maros bercitarasa khas. Sambil menikmati kopi dan roma ini, benak saya menyuguhkan tanya, mengapa roma menjadi begitu populer?
Lewat gadget di tangan, saya pun melakukan penelusuran kata "roti maros" di internet. Hasil penelusuran itu akhirnya membawa saya pada informasi ini, konon, ketika pertama kali hadir di Maros, roti ini justru dibuat besar, kemudian dipotong-potong menjadi kotak-kotak kecil yang bisa langsung dimakan dua hingga tiga kali gigitan.
Roma juga belum setenar sekarang, karena hanya dijual di sekitar Maros. Roma mulai populer saat para sopir angkutan antar kota yang melewati jalan poros Makassar-Maros rata-rata mampir bersama penumpangnya di kedai-kedai roti maros sebelum melanjutkan perjalanan.
Saat mobil angkutan mampir, para penumpang turun membeli Roti Maros sebagai bekal selama perjalanan atau oleh-oleh untuk keluarga atau kerabatnya di rumah. Menjadikan Roma sebagai bekal selama perjalanan atau sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat di kampung halaman lama-kelamaan membuat Roma kian dikenal.
Saat penumpang mobil angkutan antar kota itu tiba di rumah membawa roti, keluarga atau kerabatnya akan bertanya; roti apa ini? Mereka tentu menjawabnya; roti maros. | *
0 Komentar:
Posting Komentar