Tugu Batas Maros di Bandara

9 April 2012

Tugu Batas Maros di Jalan Masuk Bandara Sultan HasanuddinTUGU batas wilayah Kabupaten Maros kini berdiri di jalan masuk Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Tugu ini terletak sekitar 500 meter dari perempatan jalan dan dibangun di sisi kiri-kanan jalan dengan nama dan logo Kabupaten Maros.

Pembangunan tugu ini dimaksudkan sebagai penegas batas wilayah antara Maros dan Makassar, juga sebagai tanda kalau pintu gerbang udara di Kawasan Timur Indonesia ini berada dalam wilayah Kabupaten Maros. Karena sampai sekarang, masih banyak orang yang belum memahami kalau letak bandara ini di Maros.

Berdasarkan sejarahnya, bandara ini dibangun pada tahun 1935 oleh Pemerintah Hindia Belanda sekitar 22 kilometer disebelah utara Makassar dengan konstruksi rumput berukuran 1.600 x 45 meter (Runway 08-26) dan diresmikan pada 27 September 1937 dengan nama Lapangan Terbang Kadieng (terletak di Batangase, Kecamatan Mandai, Maros).

Peresmiannya ditandai dengan penerbangan komersial oleh perusahaan penerbangan Koningklijke Netherland Indische Luchtvaan Maatschappij (KNILM) dengan pesawat jenis Douglas D2/F6, kota tujuan Surabaya.

Pada tahun 1942 oleh pemerintah pendudukan Jepang, nama Lapangan Terbang Kadieng diubah menjadi Lapangan Terbang Mandai (nama salah satu kecamatan di Maros). Landasan lapangan ditingkatkan memakai konstruksi beton berukuran 1.600 x 45 meter. Tahun 1945, landasan baru dengan konstruksi onderlaag berukuran 1745 x 45 meter (Runway 13-31) dibangun dengan mengerahkan 4000 orang ex-tentara Romusha oleh pemerintah Sekutu (Hindia Belanda).

Tahun 1950 lapangan terbang ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dan dikelola oleh Jawatan Pekerjaan Umum Seksi Lapangan Terbang, selanjutnya tahun 1955 dialihkan kepada Jawaban Penerbangan Sipil (sekarang Direktorat Jenderal Perhubungan Udara) yang lalu memperpanjang landasan pacu menjadi 2.345 x 45 meter sekaligus mengubah nama Lapangan Terbang Mandai menjadi Pelabuhan Udara Mandai.

Tahun 1980, Runway 13-31 diperpanjang menjadi 2.500 x 45 meter dan nama Pelabuhan Udara Mandai diubah menjadi Pelabuhan Udara Hasanuddin. Tahun 1981, Pelabuhan Udara Hasanuddin dinyatakan sebagai Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi Haji.

Tahun 2004, dilakukan perluasan dan pengembangan bandara dengan membangun landasan pacu dan terminal penumpang baru dan diresmikan tahun 2008 dengan nama baru "Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar".

Penggunaan nama Sultan di depan nama Hasanuddin dimaksudkan agar nama Hasanuddin yang digunakan jelas mengarah ke sosok pahlawan nasional Sultan Hasanuddin yang terkenal dengan julukan "Ayam Jantang dari Timur".

Nah, sekarang tentu tak salah jika nama Maros juga disebutkan saat menuliskan; Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Maros, sebagai pengingat kalau bandara termegah Kawasan Timur Indonesia ini terletak di Kabupaten Maros. | *sumber bacaan: hasanuddin-airport.com.

0 Komentar:

Posting Komentar

 
IHSYAH blogwork | lihat juga BLOGSPOTISME