Kontroversi Natal dan Kelahiran Yesus

27 Desember 2010

DUA hari lalu, 25 Desember, umat Nasrani merayakan hari raya Natal. Hari raya yang diyakini sebagai hari kelahiran Yesus Kristus.

Terkait hal ini, Bilal Ahmad Bonyan menulis ulasan seputar kontraversi natal dan kelahiran Yesus ini di Kompasiana. Ulasan Bilal ini berangkat dari anggapan kalau sebuah keyakinan yang bersumber pada peristiwa sejarah tentunya dapat diuji dan dikaji kebenarannya melalui berbagai referensi dan bukti.

Dalam tulisannya itu, Bilal sedikit pun tidak bermaksud untuk memprovokasi, apa lagi menyudutkan saudara-saudara Nasrani, karena tujuan tulisannya pun bukan untuk itu. Sebagai pembuka, Bilal menyebutkan kalau tulisannya itu ingin mengajak saudara-saudara semuanya untuk mengkaji tentang sejarah kelahiran Yesus dan perayaan natal baik dari kitab suci maupun bukti sejarah.

Sejarah kelahiran Yesus dapat kita baca pada kitab Lukas. Karena dari semua kitab dalam Alkitab hanya Lukas yang meriwayatkannya dengan agak lengkap. Yesus dilahirkan di kota Betlehem, kampung halaman Yusuf, suami Siti Maryam. Kepulangan Yusuf ke Betlehem adalah untuk melakukan cacah jiwa yang di perintahkan oleh Kaisar Agustus.

Dan kebetulan ketika itu Siti Maryam sedang “bulannya”, dan karena pada saat itu, penginapan penuh sehingga memaksa beliau melahirkan Yesus dalam kondisi yang sangat memprihatikan, di dekat sebuah pohon kurma.

Betlehem, secara koordinat geografis memiliki 4 musim, yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Di malam kelahiran Yesus, saat itu para gembala menggembalakan ternaknya malam hari di luar kandang (Lukas 2:8). Dan pada saat itu cuaca dilangit sangat cerah karena bintang-bintang terlihat dengan jelas (Matius 2:2).

Jika melihat cuaca demikian “kira-kira” pada musim apakah kelahiran Yesus? Pastinya kita tidak akan menjawab pada musim dingin, karena di daerah yang memiliki empat musim tidak mungkin para penggembala akan mengembalakan ternaknya pada malam hari di musim dingin. Dan cuaca terlihat cerah sehingga bintang-bintang terlihat dengan jelas.

Di dalam Al Kitab, sejauh pengetahuan saya, tidak ada dijelaskan tentang pohon kurma yang berbuah matang pada saat kelahiran Yesus. Tetapi sebagai kitab yang turun “belakangan” jauh setelah Yesus lahir, Al Quran menjelaskan bahwa Yesus lahir pada saat buah kurma matang (Maryam:25).

Dan berdasarkan ilmu pertanian bahwa buah kurma akan mulai proses berbuah pada bulan maret dan terus membesar seiring naiknya suhu. Dan pada suhu kurang lebih 48 derajat celcius, buah kurma sudah matang dan itu terjadi sekitar bulan Juli-Agustus. Apabila melihat dua dasar ini (Alkitab dan Alquran) memiliki persamaan pandangan bahwa Yesus dilahirkan pada musim panas.

Lalu bagaimana dengan Natal dan 25 Desember..?
Kebudayaan Natal ini sendiri muncul diperkirakan pada abad ke-4 Masehi. Pada masa itu sebagian besar rakyat di wilayah kerajaan Romawi adalah penyembah banyak dewa. Sehingga setelah agama Kristen resmi menjadi agama “Negara” maka terjadilah sinkretisme (perpaduan antara budaya dan agama).

Dan rakyat romawi pada saat itu meyakini bahwa 25 Desember merupakan kelahiran dewa matahari atau Sun of God. Kemudian pada konsili pada 325 di Konstantin para uskup memutuskan bahwa 25 Desember menjadi hari kelahiran “anak Tuhan” (Sun of God), yakni kelahiran Yesus.

Kitab Suci, baik itu Al Kitab maupun Al Quran dengan didukung oleh bukti sejarah menjelaskan bahwa peristiwa kelahiran Yesus. terjadi pada musim panas. Sedangkan saat ini peringatan “Natal” dilaksanakan pada musim dingin. Hal ini terjadi karena adanya sinkretisme dalam penyebaran agama Kristen. | **

0 Komentar:

Posting Komentar

 
IHSYAH blogwork | lihat juga BLOGSPOTISME