GERHANA Matahari pada 9 Maret 2016 menjadi momen langka bagi para fotografer. Meski tidak semua daerah di Indonesia bisa melihat gerhana matahari total, setidaknya ada gerhana matahari sebagian yang juga menarik untuk diabadikan.
Namun, ada beberapa hal penting diperhatikan sebelum memotret gerhana matahari. Mulai dari bahaya cahaya matahari saat gerhana hingga peralatan yang digunakan. Fotografer dan blogger Nasim Mansurov melalui photographylife.com memberikan beberapa tips penting berikut ini:
1. Cegah bahaya melihat langsung dari view finder
Jangan melihat langsung ke arah matahari dengan mata telanjang, apalagi melalu viewfinder karena objek mengalami pembesaran. Pantauan dengan viewfinder tanpa filter UV dan filter apapun dapat menimbulkan kebutaan. Cara yang paling aman adalah membeli kacamata khusus gerhana matahari sekarang. Tapi jika tidak ada, dua cara berikut ini bisa dilakukan.
- Buatlah kamera lubang jarum (pinhole camera) atau proyektor
Membuat kamera pinhole sangat sederhana. Ambillah dua kartu, buatlah satu lubang kecil di salah satu kartu, lalu tempatkan kartu tersebut di atas kartu lainnya sejajar ke arah matahari. Gambar matahari akan terproyeksikan melalui lubang jaruh dan jatuh di kartu kedua.
- Pakai fasilitas liveview/LCD
Metode kedua adalah memantau matahari melalu LCD kamera. Tapi, sebelum menggunakannya, tempatkan filter ND yang kuat dengan kerapatan tinggi di ujung lensa. Lalu gunakan fasilitas liveview untuk melihat matahari.
Dalam kondisi ini, pemotret dianjurkan untuk menggunakan manual exposure agar bisa menurunkan exposure di bawah normal (-) dan meningkatkan shutter speed. Namun, jika filter ND yang dipakai tidak cukup kuat, cahaya matahari saat gerhana bisa membahayakan kamera.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah penggunaan liveview lebih dari 1-2 menit bisa membuat sensor kamera mengalami overheated.
2. Memotret sekitar
Salah satu hal perlu diputuskan sebelum memotret adalah mengambil seluruh momen (kronologi) gerhana, atau hanya memotret gerhananya, utamanya jika gerhana matahari total atau cincin. Nasim merekomendasikan fotografer untuk mendokumentasikan proses gerhana dari awal hingga akhir.
Jadi, kita bisa memperoleh dokumentasi setiap fase gerhana. Jika bisa mendapatkan seluruh gambar dari setiap fase gerhana, kita bisa membuat montage (montase) dengan mengombinasikan gambar-gambar itu sebagai sebuah kronologi.
3. Perlengkapan kamera
Saat memotret gerhana mataheri, peralatan yang dipakai sangat menentukan hasil. Menggunakan lensa tanpa filter sangat tidak disarankan karena cahaya matahari terlalu terang, khususnya pada gerhana matahari sebagian. Gambar yang dihasilkan berpotensi overexposure, bahkan dengan aperture paling kecil (f/22) dan ISO terendah sekalipun.
Karena itu, penggunaan filter ND yang kuat bisa memblok sebagian besar sinar matahari dan memungkinkan pemotret menggunakan apertur lebih besar. Jika satu filter tak cukup, pemotret bisa menggunakan dua filter sekaligus.
4. Setting kamera
- Tempatkan kamera di tripod.
- Atur ISO terendah, misalnya 100
- Pilih menu manual
- Mulai dengan shutter speed tercepat, misal 1/8000
- Mulai dengan aperture agak kecil, f/8, lalu turunkan jika shutter speed-nya dirasa masih terlalu tinggi. Jika masih juga terlalu terang (overexposed), gunakan filter ND yang lebih tebal.
- Shutter speed yang terlalu rendah bisa menyebabkan efek goyang, jadi disarankan pakai shutter speed 1/500 to 1/8000, tergantung fase gerhana dan terang-gelapnya matahari.
5. Fokus dan akurasi
Meskipun objeknya jarak jauh, memotret gerhana harus akurat. Sejak banyak lensa memungkinkan fokus yang melampaui angka “tak terbatas”, mendapatkan fokus yang tepat untuk objek jarak jauh harus teliti. Disarankan, ambil satu gambar dan periksa hasilnya di LCD apakah sudah cukup tajam hasilnya.
6. Komposisi
Komposisi dalam memotret gerhana matahari tak hanya melulu gambar cincin api dan matahari berbentuk sabit. Misalnya, kita bisa memasukkan awan ke dalam frame. [*]
0 Komentar:
Posting Komentar