Menemukan Dua Puisi dalam Dua Blog

25 April 2012

Dua Puisi dalam Dua BlogPUISI-puisi saya ternyata telah terpublikasi secara meluas, siang ini saya menemukan dua diantaranya pada dua blog berbeda.

Puisi pertama berjudul; "Rindu, Gelisah, Dendam", puisi ini saya tulis sekitar tahun 2002 dan terpublikasi pertamakali dalam Jurnal Puisi edisi nomor 9 - September 2002.

Jurnal Puisi merupakan media berkala yang diterbitkan oleh Yayasan Puisi bekerjasama dengan Yayasan Indonesia Tera dan Yayasan Bentang Budaya.

Selama ini, saya memang mencari terbitan Jurnal Puisi 9/9/02 ini, sebab jurnal milik saya hilang dipinjam teman. Beruntung, saya menemukan puisi ini di blog Hanjakata, blog sederhana yang mempublikasi puisi-puisi karya penyair Indonesia, simak saja:

Rindu, Gelisah, Dendam
-Ilham Halimsyah

Kalau pagi mulai merambat di sela dedaunan
dan burung gereja menisik sayap di sudut rumah
jangan memaki cermin
sebab aku pun tahu engkau menyimpan rindu

Kalau siang mulai mengirim gerah di sela jendela
dan matahari membakar ubun-ubun
jangan mencaci cuaca
sebab aku pun tahu engkau menyimpan gelisah

Kalau malam mulai merayap di sela mega
dan senja sebentar lagi berganti kelam
tak usah kirim pesan
sebab aku pun tahu engkau menyimpan dendam


Puisi kedua adalah puisi berjudul "Enigma", puisi ini saya tulis sekitar tahun 2001 dan terpublikasi pertamakali di halaman sastra Bentara Harian Kompas pada tahun yang sama.

Puisi ini kemudian ikut dibukukan dalam kumpulan puisi dan esai "Hijau Kelon & Puisi 2002" dengan penyunting Sutardji Calzoum Bachri dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas, Jakarta (2002).

Selain dalam Bentara Harian Kompas dan "Hijau Kelon & Puisi 2002", saya juga menemukan puisi ini terpublikasi di blog Republik Rakyat Bulak, simak yuk:

Enigma
-Ilham Halimsyah

begitu lama bunga berguguran
membuai musim yang tak henti mengadu
pada laut pada gunung pada langit

barangkali kita telah lama saling mencaci
sehingga lupa warna pelangi

tak ada garis dan lengkung
tak ada wangi dan aroma
tak ada kata dan suara
semua dalam belenggu
kedunguan kita sendiri-sendiri

masih saja engkau menahan rintih di puncak pinus


Semoga kehadiran dua puisi saya ini akan memperkaya khazanah sastra Indonesia. | *

0 Komentar:

Posting Komentar

 
IHSYAH blogwork | lihat juga BLOGSPOTISME